- Nama : Sartika
- NPM : 19144600091
- Kelas : A3-19
- Jurnal : file:///C:/Users/HEWLETT%20PACKARD/Downloads/500-949-1-PB%20(2).pdf
Gagasan Pendidikan
Ivan Illich
Ivan Illich adalah sosok pemikir humanis dan religius. Beliau mengkritik proses pendidikan yang mapan di jamannya. Menurutnya, Kewajiban bersekolah secara tidak terelakkan membagi suatu masyarakat dalam kutub-kutub saling bertentangan. Beliau juga mengkritik komponen pendidikan yang ada di sekolah, seperti dalam hal tujuan, pendidik, peserta didik, kurikulum, metode dan lingkungan. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia akan mengalami sebuah perubahan yaitu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Dan lebih dari itu, dengan pendidikan manusia akan sangat tinggi derajatnya. Dengan demikian, Pendidikan merupakan upaya mulia dalam rangka menghilangkan kebodohan dan memanusiakan manusia. Untuk mencapai hal yang maksimal dan yang diinginkan dalam out put di dunia pendidikan, perlu rasanya untuk sejenak melihat dan merumuskan tujuan-tujuan dari pendidikan itu sendiri. Menurut Illich sistem pendidikan yang baik dan membebaskan harus mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu: Pertama pendidikan harus memberi kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat. Kedua, pendidikan harus mengizinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dengan mudah, demikian pula bagi orang yang ingin mendapatkannya. Ketiga, menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan. Dari tiga tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan bagi Illich adalah terjaminnya kebebasan seseorang untuk memberikan Ilmu dan mendapatkan Ilmu. Karena memperoleh pendidikan dan Ilmu adalah hak dari setiap warga negara dimanapun.
Dari apa yang dikemukakan Illich
mengenai hak dan kewajiban dalam menuntut ilmu sebagaimana yang diharap Illich
di atas, agaknya sejalan dengan Islam, karena Islam sendiri telah mewajibkan
hambanya untuk menuntut ilmu Tholabul Ilmi Faridhotun ‘Ala Kulli Muslimin Wa
Muslimatin (menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim laki-laki maupun
perempuan). Akan tetapi, Illich tidak mendefinisikan bahwa tujuan pendidikan
sebenarnya adalah untuk membentuk “Good and Righteous Man” yaitu manusia yang
bermoral, sebagaimana yang terdapat dalam Islam, bahwa tujuan pendidikan Islam
pada hakekatnya adalah membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, yang
selalu menjalankan Syari’ah dan hukum-hukum Islam. Akhlak dan moral merupakan
suatu hal yang tidak dapat kita pisahkan dalam pendidikan. Karenanya barang
siapa yang bertambah ilmunya tetapi moralnya tidak bertambah, maka dia semakin
jauh dari Tuhannya Man Izdada Ilman Walam Yazdad Hudad, Lam Yazdad Minallahi
Illa Bu’dan.
Erich From mengungkapkan
bahwa pemikiran Ivan Illich yang terpenting adalah: membebasakan anggapan
masyarakat dan membuka pintu untuk bisa membawa masyarakat keluar dari
anggapannya yang sudah mapan. Ide-ide pembebasan Ivan Illich dalam dunia
pendidikan tertuju pada sasaran-sasaran sebagai berikut: Pertama untuk
membebaskan akses pada barang-barang dengan menghapus kontrol yang selama ini
di pegang oleh orang atau lembaga atas nilainilai pendidikan mereka. Kedua
untuk membebaskan usaha membagikan keterampilan dengan menjamin kebebasan
mengajar atau mempraktekkan ketrampilan itu menurut permintaan. Dari poin-poin
di atas dapat disimpulkan bahwa Illich mencoba membebaskan masyarakat dari
anggapannya tentang sekolah sebagai sarana satu-satunya untuk memperoleh pendidikan.
Ilmu pengetahuan bagi Illich, tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah, akan
tetapi dapat diperoleh dari luar sekolah seperti lingkungan sekitar dan alam.
Pada akhirnya, seorang siswa hanya bisa menuruti apa yang telah dijajakan oleh
sekolah berupa ilmu pengetahuan, tanpa harus tahu dari mana dan bagimana ilmu
pengetahuan tersebut. Meskipun pemikiran Ivan Illich lahir sekitar tahun 1970,
yang ditulis dalam bukunya Deschooling Society, tetapi pemikirannya tentang
pendidikan tampaknya tetap aktual dan relevan dengan kondisi pendidikan dalam
konteks kekinian, termasuk di Indonesia. Bahkan pemikiran atau gagasan yang
dikemukakan Illich menjadi inspirasi bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan
di Indonesia. Pendidikan di Indosesia saat ini, hampir sama dengan gambaran
yang kondisi lahirnya gagasan Illich saat itu. Karena pendidikan di Indonesia
masih jauh dari harapan yang di inginkan. Untuk memahami ide gagasan Illich,
kita harus berpikir sesuai dengan konteks jaman (Arif dkk, 2010: 69). Disadari
atau tidak, bahwa kondisi yang melatarbelakangi gagasan Illich tidak mungkin
semuanya cocok dengan konteks kekinian di Indonesia. Artinya kita harus
memahami gagasan Illich harus fair, tidak semua pemikiran Illich relevan
konteks kekinian. Jika kita cermati lebih dalam, ide Illich ada baiknya apa
yang dikatakannya, bahawa sekolah saat ini membelenggu kreativitas peserta
didik. Kalau kita meminjam pernyataan seorang pakar pendidikan Kurt Singer
(2007: 57) menyatakan sekolah tidak lagi menjadi 15 tempat yang nyaman bagi
anak-anak. Guru menjadi agen pengawasan, meredamkan bagi martabat siswa.
Sekolah menjadi lembaga mematikan bakat dan gaerah anak untuk belajar. Hal ini
sangat relevan dengan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, karena
sebagaian besar mindset masyarakat memaknai bahwa belajar hanya dapat dilakukan
di sekolah saja.
Gagasan Ivan Illich untuk
membebaskan masyarakat dari belenggu sekolah paling tidak bisa membuat
masyarakat sadar, bahwa ilmu tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah saja, dan
sekolah bukanlah sarana satu-satunya dalam mencari ilmu pengetahuan. Dan yang
harus kita lakukan adalah dengan tetap mengkaji kembali bagaimana gagasan ini
untuk kedepannya memberi manfaat, dan tetap mempertahankan sisi positif dari
pendapat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar